Aku diam dalam amarah,
Aku diam hawa mendidih,
Aku diam membendung hawa nafsu,
Aku diam karena tau aibmu,
Bukan tak bisa membalas,
Jika ku balas, kau jadi abu.
Cikotok, 21042024
Aku diam dalam amarah,
Aku diam hawa mendidih,
Aku diam membendung hawa nafsu,
Aku diam karena tau aibmu,
Bukan tak bisa membalas,
Jika ku balas, kau jadi abu.
Cikotok, 21042024
E A
dari dulu aku curiga
E B
sepertinya kamu mendua
E A
tapi kau pintar sembunyikan
B
semua semua semua semua…
Karya : Elna Syamsudin
Gelatik berkicau mencengkram dahan sirih kuning,
Membuana ada rasa lagu aneh bertumbuh,
Saban waktu menggelitik rindu – rindu,
Memaksa menari hari ujung petang,
Lusuh keringat yang lalu terterpa riak air, Baca lebih lanjut
Dipublikasi di Kisah, Puisi, Uncategorized
Lalu kau bangga dengan membuka lebar gerbang kemerdekaan Indonesia untuk di masuki kapitalism ?
Lalu kau bangga banyak penjajah berselimutkan pengusaha buta ?
Lalu kau bangga banyak berkeliaran manusia yang tak senasib dan sepenanggungan ?
Lalu kau bersorak sorai Alam ini di acak-acak bangsat ? Baca Selanjutnya . . .
Dipublikasi di Puisi
Dengan kaitkata Bayah, cikotok, Elna, penjajahan Lebak, Romusa, Romusa moderen
Jalanku ada jalan,
Harapan jiwa meminum takdir kebahagiaan,
Sepanjang jalan kekelaman dimana rindu cahaya,
Angin dan petir memberi ketakutan,
Melemahkan semua semangat,
Kita bisa melewati.
Itu mimpi luar biasa !
Original :
Elna Syamsudin
Cikotok, 27 Nopember 2014
Dengan kaitkata banten kidul, Bayah, cikotok, Elna syamsudin
Brisaat … !
Brisaaat !
Besi panas ditempa,
dimana api berceceran,
panas membara,
berkeringat,
Semakin panas.
Dipublikasi di Puisi
Dapatkan CD Asli di toko2 kesayangan anda,
Stop Bajakan !!
Dipublikasi di SKA Music lyrik
Kita bertemu dalam rindu,
Kita bertatap pertama malu,
Hanya satu hari kita bertemu,
Dan hati berkata ini cintamu,
Seperti air mengalir,
Ceritaku singkat sudah siap beranjak dan duduk dipelaminan,
Indah dunia milik kita,
Ini nikmat kita,
Hanya kita, Baca Selengkapnya . . .
Kuarsa kuarsa berkedip rayu diantara lelahku,
Daku terpapah diantara batu yang membentang dalam kegelapan abadi,
Memikul bongkahan batu yang entah itu emas atau perak, bahkan bisa saja hanya beban,
Sorot sorot mata tajam bermandikan keringat,
Hanya harapan kehidupan masa depan yang lebih baik,
Sekarang biarlah keringat yang berbicara, Baca Selengkapnya . . .
Dalam jejek jejak pagi ke malam,
Anjak bersama putar putar roda,
Saban debu bulir bulir penyakit,
Bahayalah penyakit batin.
Dalam jejak jejak pagi ke malam,
sanubariku sandar memejam keliling jagat parahiyangan, Baca Selengkapnya . . .
Dengan kaitkata Bayah Bandung, Cikotok bandung, Elna syamsudin, Masriani, Puisi, puisi bandung, puisi parahiyangan, puisi sunda